Kisah Cat Stevens Masuk Islam. Namanya Menjadi Yusuf Islam

cat stevensCat Stevens | wikipedia.org


Kisah Cat Steven masuk Isalm ini dirangkum dari Republika.com dan eramuslim.com. Semoga kisah ini bisa menginspirasi saudara-saudara kita untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Bagi Cat Stevens, seorang musisi dan penulis lagu legendaris dari Inggris, tahun 1976 merupakan  tahun yang tidak pernah bisa ia lupakan. Ia nyaris kehilangan nyawa saat di Malibu, California Amerika Serikat.

Saat ia itu sedang menikmati hari biasa berenang di laut dekat pantai Malibu, California Amerika Serikat. Merasa sudah  cukup, ia berniat kembali ke tepian pantai. Namun, di tengah perjalanan ke tepian pantai, gelombang pasang menerjangnya. Setevens berusaha sekuat tenaga, bergumul dengan arus, berusaha menerobosnya untuk menyelamatkan diri. Upayanya sia-sia. Seketika itu, lemas pun mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Tak lagi berdaya, sepertinya kehidupannya  hanya tinggal menunggu berakhir tenggelam di dasar lautan. "Saya tidak memiliki tenaga tersisa," kata Setevens  kepada majalah musik Rolling Stone, 2015 silam. "Hanya ada satu tempat meminta pertolongan, dan itu adalah Tuhan."



Ia memang tidak pernah meragukan keberadaan Tuhan. Namun ia mengaku selalu jauh dari-Nya. "Saya tidak pernah meminta pertolongan pada-Nya karena semuanya selalu berjalan baik-baik saja sepanjang hidupku," ujar Stevens meceritakan.

cat stevensCat Stevens | flickr.com



Namun kali ini ia ada di ambang hidup dan mati. Tidak ada yang bisa dilakukan selain berpasrah dan berharap pertolongan terakhir. Stevens pun berjanji,  jika Tuhan menyelamatkannya, ia akan setia mematuhi segala perintah-Nya. Qadarulloh, keajaiban datang. Ombak yang tadinya  hampir menenggelamkan jiwanya, justru berbalik menyeretnya ke tepi pantai dan menyelamatkan hidupnya.
Setelah kejadian itu semuanya  berjalan tak sama lagi  Apalagi,  qqdarulloh, Setevens kemudian dipertemukan dengan Alquran. Kakaknya, David, tiba-tiba memberinya salinan Alquran  untuk dipelajarinya. "Saya merasa seperti menemukan sesuatu rahasia besar dan luar biasa."


Bintang Pop

Cat Stevens dilahirkan dengan nama Stephen Demetre Georgiou pada 21 Juli 1948, di London sebagai seorang Nasrani. Orang tuanya, keturunan Yunani dan Swedia. Mereka bercerai saat ia berumur delapan tahun.

Stephen muda tumbuh besar di lingkungan yang memang kental dengan budaya musik. Arah hidup mulai ditentukannya setelah ia mendengarkan rekaman lagu  milik Bob Dylan untuk pertama kalinya. Setelah itu  bakat bermusiknya terus berkembang. Pada usia 18 tahun, Stephen mulai mengisi acara music di panggung di salah satu warung kopi ternama di London. Di situ ia mulai menggunakan nama panggung Cat Stevens.  Kariernya meroket pada tahun 1970 ketika lagunya  yang berjudul "Father and Son" dan "Wild World" menjadi hit di radio-radio di Inggris. Stevens menjadi idola.

"Ketika aku berusia 18 tahun, aku telah menyelesaikan rekaman dalam delapan kaset. Setelah itu banyak sekali tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu, pamorku pun mencapai puncak," imbuh Stevens.

Setevens pun membangun karirnya sebagai musisi dan penyanyi. Dalam usia yang masih remaja, ia sudah mengenyam kesuksesan dan keinginannya menjadi seorang ‘bintang besar’ tercapai. Nama dan foto-fotonya muncul di hampir seluruh media massa. Yusuf pun merasakan kenikmatan dunia, tapi itu tak membuatnya jadi puas, ia ingin kehidupan yang lebih dan lebih dari apa yang ia miliki, sayangnya Stevens terjerumus ke jalan yang salah. Ia memilih narkoba dan minuman keras untuk mencari kehidupan yang ia inginkan itu.

Ia merasa bahwa dirinya lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usianya lebih panjang daripada kehidupan dunia pada saat itu. Walaupun demikian, kehidupannya tidak seperti kehidupan selebritas lain yang hidup foya-foya dan bergelimang narkoba. Salah satu penyebabnya karena ia memiliki penyakit tuberkulosis yang pernah membuatnya nyaris meninggal pada 1968.  

Baru setahun Stevens mengenyam kesuksesan dalam karir dan finansialnya. Ia terkena tubercolusis akibat gaya hidup dan kebiasaannya menenggak minuman keras dan narkoba. Ia sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu ia pun berpikir, ‘mengapa saya di sini, tergelatak di tempat tidur?, ‘apa yang terjadi pada saya? apakah saya cuma seonggok tubuh? apakah tujuan hidup saya semata-mata hanya untuk memuaskan tubuh ini?. Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikirannya dan ia mencoba mencari jawabannya.


Perjalanan Spiritual

Dalam perjalanan hidupnya, Stevens kerap mengalami kegamangan akan identitas dan tujuan hidupnya. Melihat lingkungan yang ia geluti, uang dan ketenaran seolah menjadi Tuhan. Namun ternyata uang dan ketenaran tidak membuatnya  menjadi bahagia. Secara mandiri ia mulai melakukan pencarian kebenaran dan tujuan hidup yang selama ia rasa hampa dalam hatinya.

Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia.  Stevens justru merasakan kegelisahan hidupnya ketika sedang berada di puncak popularitas dimana ia hidup bergelimang harta. Kegelisahan yang mendorongnya untuk menyusuri jalan panjang mencari Tuhan hingga ia menemukan cahaya Islam dan akhirnya menjadi juru dakwah lewat kegiatan musiknya dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Ia melalukan perjalanan spiritual  demi pencarian akan kebenaran. Ia merasa keyakinan yang selama ini ia pegang dianggap belum mampu membasuh dahaga spiritualnya. Beberapa ajaran Timur ia pelajari dan coba mendalaminya untuk menjawab pencarian akan kebenaran yang haikiki. Karena pada masa itu di kalangan masyarakat Barat sedang trend mempelajari hal-hal yang berbau mistis dari Timur, Yusuf pun ikut mempelajarinya. Ia mulai sadar tentang kematian. Ia mulai melakukan meditasi dan menjadi vegetarian. Tapi pertanyaan-pertanyaan bahwa dirinya bukan hanya seonggok tubuh manusia, tetap mengganggu pikirannya.



"Aku mulai mengetuk pintu Budha dan falsafah Cina. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok, sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru," lanjutnya. "Saya menerima ajaran itu, tapi saya tidak menelannya mentah-mentah," kata Stevens.

"Saya melihat patung-patung Yesus, mereka cuma benda mati tanpa nyawa. Saya tambah bingung ketika mereka bilang Tuhan ada tiga. Tapi saya tidak mendebat pernyataan itu. Saya menerimanya, karena saya harus menghormati keyakinan orang-orang tua saya," Sebagai bintang pop, namanya terus merangkak ke tangga popularitas. Kekayaan terus mengalir, tapi ketika itu Stevens mulai mencari kebenaran. Ia pun belajar agama Budha, namun di satu sisi, ia belum berani meninggalkan kehidupan glamournya, meninggalkan kenikmatan dunia dan hidup seperti layaknya pendeta Budha, mengisolasikan diri dari masyarakat.

Selanjutnya, Stevens juga mempelajari Zen dan Ching, numerologi, kartu tarot dan astrologi, balik lagi mempelajari alkitab, tapi Yusuf tidak menemukan apa yang dicarinya, kebenaran yang hakiki. Sampai kemudian apa yang disebutnya mukjizat itu datang. Suatu ketika, saat berlibur ke  Marrakesh, Maroko. Stevens sempat tergugah oleh alunan azan. Seseorang menjelaskan kepada Stevens bahwa itu adalah "musik untuk Tuhan".  Stevens penasaran, "Musik untuk Tuhan? Saya belum pernah mendengarnya sebelumnya - saya pernah mendengar musik untuk uang, musik untuk ketenaran, musik untuk kepentingan pribadi, tapi musik untuk Tuhan!"

Pengalaman  di Maroko tersebut memang belum langsung mengubah padangannya soal kebebnaran yang dia cari. Namun seperti menjadi panggilan baginya untuk memahami petunjuk. Semua menjadi terang saat saudara laki-laki Stevens, David Gordon, seorang mualaf, membawakannya salinan Alquran sebagai hadiah ulang tahun dari sebuah perjalanan ke Yerusalem.

Ketika kembali ke London, saudara lelakinya itu memberikan al Quran pada Cat Stevens. Kitab suci itu datang padanya tak lama setelah insiden yang hampir merenggut nyawanya di laut Malibu. Stevens dengan cepat membaca dan mencoba mendalami isi mushaf tersebut. "Saudara lelaki saya baru saja kembali dari kunjungannya ke Yerusalem dan disana ia mengunjungi sebuah masjid. Saudara saya itu sangat terkesan melihat masjid yang ramai dikunjungi orang, seperti ada denyut kehidupan, tapi atmosfir ketenangan dan kedamaiannya tetap terasa. Berbeda rasanya ketika ia mengunjungi gereja dan sinagog yang sepi," kata  Stevens.

"Dia tidak masuk Islam, tapi ia merasakan sesuatu di agama ini (Islam) dan ia pikir saya juga akan merasakan hal yang sama. Saya menerima al Quran pemberian saudara saya itu dan membacanya. Saat itulah saya merasakan bahwa saya telah menemukan agama yang benar, agama yang tidak seperti pandangan masyarakat Barat selama ini bahwa agama hanya untuk orang-orang tua," lanjutnya.

Ia melanjutkan,"Di Barat, jika ada orang yang ingin memeluk satu agama dan menjadikannya sebagai cara hidunya, maka orang yang bersangkutan akan dianggap fanatik. Tapi setelah membaca al Quran saya yang awalnya bingung tentang tubuh dan jiwa, akhirnya menyadari bahwa keduanya adalah bagian yang tak terpisahkan, Anda tidak perlu pergi ke gunung untuk menjadi religius."

Saat itu, satu-satunya yang diinginkan Cat Stevens  adalah menjadi seorang Muslim. Dari al Quran ia tahu bahwa semua rasul dan nabi dikirim Allah swt untuk menyampaikan pesan yang sama. "Mengapa kemudian Yahudi dan Kristen berbeda? Kaum Yahudi tidak mau menerima Yesus sebagai Mesiah dan mereka mengubah perintah-perintah Tuhan. Sementara Kristen salah memahami perintah-perintah Tuhan dan menyebut Yesus sebagai anak Tuhan. Tapi dalam al Quran saya menemukan keindahan, al- Quran melarang menyembah matahari atau bulan tapi memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan merenungi semua ciptaan Allah swt ," papar nya.

"Ketika saya membaca Al Quran lebih jauh lagi, Al Quran bicara soal salat, sedekah dan perbuatan baik. Saya belum menjadi seorang Muslim saat itu, tapi saya merasa Al Quran adalah jawaban buat saya dan Allah swt telah mengirimkannya pada saya," sambung Cat Stevens. "Saya pun akhirnya tahu bahwa saya bisa melakukan kontak langsung dengan Tuhan, tidak seperti dalam agama Hindu dan Kristen yang harus melalui perantara. Dalam Islam, semua penghalang itu tidak ada . Satu-satunya yang membedakan orang yang bertakwa dan tidak bertakwa adalah salatnya, salat adalah proses pemurnian diri," paparnya lagi.

"Akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk Allah swt semata. Saya berharap Anda mendapatkan inspirasi dari pengalaman saya ini. Satu yang ingin saya katakan, saya tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan seorang Muslim pun sebelum saya masuk Islam. Saya lebih dulu membaca al Quran dan menyadari bahwa tak seorang pun sempurna. Tapi Islam adalah agama yang sempurna dan jika kita mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad saw, hidup kita akan selamat. Semoga Allah swt senantiasa membimbing umat Rasulullah Muhammad saw ke jalan yang lurus. amiin," kata Yusuf Islam  a.k.a. Cat Stevens menutup pembicaraan


Cat Stevens Masuk Islam

Stevens kemudian secara resmi masuk agama Islam pada 23 Desember 1977. Namanya berubah menjadi Yusuf Islam pada tahun 1978. Yusuf adalah lafal Arab untuk nama Joseph, dia menyatakan bahwa dia "selalu mencintai nama Yusuf" dan sangat tertarik dengan kisah Nabi Yusuf di dalam Alquran.

cat stevensCat Stevens | flickr.com


"Saya telah menemukan rumah spiritual yang telah saya cari hampir sepanjang hidup saya. Dan jika Anda mendengarkan musik dan lirik saya, seperti 'Peace Train' dan 'On The Road To Find Out', itu jelas menunjukkan kerinduan saya untuk arahan dan jalan spiritual yang saya tempuh," ungkap Stevens dalam wawancaranya dengan majalah musik Rolling Stone.

Yusuf kemudian menikahi Fauzia Mubarak Ali pada tanggal 7 September 1979, di Masjid Regent's Park, London. Mereka memiliki satu anak laki-laki dan empat anak perempuan dan tujuh cucu. Anak keduanya meninggal saat masih bayi. Mereka tinggal di London dan menghabiskan sebagian waktunya di Dubai.

Meninggalkan kehidupan gemerlap dunia musik, Yusuf fokus membesarkan keluarganya. Ia juga mendirikan sejumlah sekolah Muslim di seluruh Inggris dan organisasi amal Small Kindness, yang fokusnya membantu para korban terdampak perang. Bertahun-tahun banyak yang mendorongnya untuk bermusik lagi. Ia tetap bergeming. Namun perang di Afghanistan dan konflik di Irak meresahkannya. Ia merasa dunia perlu melihat setidaknya satu sosok Muslim yang benar-benar anti-kekerasan di televisi. "Terlalu banyak antagonisme (terhadap muslim) di dunia," kata Yusuf. "Terlalu banyak muslim  yang baik terlupakan karena aksi ekstremisme yang ditampilkan di seluruh dunia."

Ketika kelompok ISIS menjadi ancaman bagi Amerika dan negara lain di dunia, Yusuf pun mencoba memantapkan diri untuk muncul kembali. "Mereka (ISIS) tidak ada hubungnya dengan Islam. Muslim telah menjadi subjek banyak penguasa tiran dan regim yang opresif," kata dia. Setelah 30 tahun meninggalkan panggung besar dunia musik, pada tahun 2006 Yusuf kembali tampil. Ia sempat menggelar konser dengan tajuk 'Guess I'll Take My Time' dengan membawakan lagu- lagu lama dan juga lagu baru. Ia  mengunjungi Inggris pada tahun 2009, Australia pada tahun 2010, dan seluruh Eropa di tahun 2011.

cat stevensCat Stevens | catstevens.com


Pada suatu wawancara dengan The Guardian  di tahun 2009, Yusuf tidak menampik pertentangan batinnya kembali ke musik. Namun ia berharap, ini bisa memberikan kontribusi bagi umat yang membutuhkan. "Menjadi bagian dari masyarakat multikultur artinya Anda harus berkontribusi dengan cara yang Anda bisa," kata dia. "Jadi saya mulai berpikir, saya bisa bernyanyi. Itu yang saya kuasai. Saya bisa membuat kontribusi." Kini Cat Stevens aktif mengkampanyekan perdamaian untuk dunia yang lebih baik.

Baca Juga:

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post